Selasa, 28 Juni 2011

PERTANIAN TERPADU SIDOREJO, SEBUAH ICON UNTUK MENJUAL IMPIAN.

Hamparan sawah seluas 71 hektar di sepanjang kanan kiri jalan, adalah ciri khas Desa Sidorejo, Kecamatan Barangsong, Kab. Kendal Jawa Tengah. Dengan jalan aspal hotmik selebar 5 meter sepanjang 1,7 km diselingi semilir angin siang hari membuat nyaman pemakai jalan. Jika dari arah Jalan Raya Soekarno Hatta Brangsong Kendal, Desa ini terletak di depan Pom Bensin SPBU Rejosari, ke arah Selatan. Desa Sidorejo memiliki luas wilayah 149.510 HA yang berbatasan dengan 2 desa, yaitu Desa Blorok ( sebelah Selatan ) dan Desa Tosari ( sebelah Barat ), adapun sebelah Utara adalah Jalan Raya Semarang – Kendal dan sebelah Timur Sungai Butukan. Desa Sidorejo yang berjarak hanya + 5 kilo meter dari pusat Pemerintahan Kabupaten Kendal dan + 3 kilo meter dari Pemerintahan Kecamatan Brangsong, serta berada di tepi jalan raya adalah lokasi yang sangat strategis untuk dikembangkan segala potensi Desa demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Desa Sidorejo khususnya dan Kabupaten Kendal umumnya.

Karena dianggap berhasil menjalankan program penanggulangan kemiskinan, maka BKM Sumber Makmur Tahun 2009 berhak mendapatkan reward (penghargaan) berupa Program Lanjutan PNPM yaitu PLP-BK (Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas, atau Neighborhood Development/ ND). Adapun masyarakat populer mengenalnya dengan Program Noto Deso dengan alokasi dana sebesar 1 milyar. Dalam program PLPBK masyarakat berencana menata dan membangun lingkungannya, membangun tatanan kehidupannya berdasarkan cita-cita bersama. Adapun Tujuan dari program ND ini yaitu mewujudkan masyarakat yang hidup secara harmonis dalam lingkungan hunian yang sehat, tertib, aman, selaras, produktif, berjatidiri dan berkelanjutan. Alokasi Rp 1 Milyar digunakan untuk proses perencanaan dan pemasaran 300 juta dan pembangunan fisik sebesar Rp 700 juta.

PERTANIAN MODEL “ATM” UPAYA MENARIK KAUM MUDA.

Meski bidang pertanian dan peternakan menjadi potensi utama, bidang tersebut ternyata tidak lagi populer di mata pemuda-pemudi Desa Sidorejo, kawasan industri di Kecamatan Kaliwungu yang cukup dekat dan gemerlap Kota Semarang lebih menarik. Hasilnya petani-peternak yang ada tinggal menyisakan generasi tua, dan gejala tersebut cukup meresahkan BKM.
Sesuai hasil pemetaan TIPP bersama masyarakat telah menetapkan Pertanian terpadu untuk menjadi target di kawasan prioritas, infrastruktur yang akan diwujudkan berupa Pondok kompos, Pondok ternak, Pondok tani dan Pondok pengering gabah.
Sekilas apa yang tengah mereka rencanakan seolah hal yang biasa, sesuai trend di banyak lokasi pertanian, namun jika dilihat lebih detail apa yang akan dilakukan sesuai yang akan mereka bangun dimana inovasi akan banyak dilakukan untuk menarik kaum muda baru akan terasa bedanya.
Pondok kompos, akan digunakan untuk produksi pupuk organik mendukung pertanian organik.
Pondok ternak, akan digunakan untuk peternakan komunal kambing jenis Ettawa dengan lebih khusus untuk produksi susu domba. Sedangkan pondok tani lebih dikhususkan untuk ruang belajar masyarakat di bidang pertanian dan peternakan. Merekapun saat ini tengah berkordinasi intensif dengan UGM Yogyakarta, untuk mewujudkan peralatan pengering gabah model teknologi tepat guna.

Serangkaian gagasan untuk menarik kaum muda yang dilakukan dengan inovasi ala masyarakat Sidorejo yang cukup menarik adalah : menciptakan penghasilan harian, dengan susu domba, penghasilan mingguan dengan sayuran dataran rendah organik, dan penghasilan bulanan dengan padi organiknya.
Impian model pertanian terpadu, dengan berbagai produk organik dengan berbeda usia panen ini akan menciptakan ATM (Automatic Teller Machine) bagi masyarakat pelaku, dan menjadi magnet bagi kaum muda untuk menekuninya.

BERAS ORGANIK MENTHIK, SEENAK RASANYA-SEMANIS HARGANYA.
BKM bersama TIPP, tidak hanya sekedar melakukan upaya perencanaan untuk menggapai mimpi, mereka juga telah mulai merealisasinya dengan uji coba menjalankan pertanian padi organik jenis menthik wangi dan menthik susu, meski baru seluas 1 hektar. Produk uji coba tersebut ternyata laris manis dan banyak diminati konsumen meski berharga lebih tinggi dari beras non organik, sehingga di musim tanam ini luasnya dikembangkan menjadi dua kali lipatnya. Dinas Pertanian pun tidak tinggal diam menyabut geliat semangat masyarakat ini dengan melakukan fasilitasi dan pembinaan.
Hingga saat ini masyarakat Sidorejo sangat menikmati proses pelaksanaan Program Noto Deso, telah muncul gagasan-gasasan pengembangan kawasan di semua RW. Misalnya RW yang mempunyai persoalan menumpuknya sampah akan dikelola melalui Bank Sampah, RW dengan lokasi jumlah mayoritas terdapat peternak kambing, akan menjadi kampung ternak yang kedepannya dapat menghasilkan biogas untuk sumber bahan bakar masyarakat. Juga harapan akan terwudnya Pasar Pertanian Modern dengan Lembaga Lelang yang dibentuk masyarakat Sidorejo akan menambah kemakmuran petani yang menjadi gantungan hidup sebagian besar masyarakat Sidorejo.

Semoga mimpi masyarakat Sidorejo dapat terwujud sesuai dengan nama Desa mereka SIDOREJO yang berarti MENJADI SEJAHTERA...........

BY: SHolikhun, FT Team 002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar